Senin, 26 Juni 2017

Puasa pertama kali di UK euy!

Ramadan kali ini sedikit berbeda.

Meski masih menjalani puasa bersama istri dan anak terkasih, saya tak lagi melaluinya di ibukota negara Indonesia tercinta. Alhamdulillaah, tahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Inggris Raya sehingga harus merasakan pengalaman puasa yang benar-benar baru. Sebelum berangkat ke kota Bristol ini, saya hanya sering mendengar bagaimana manis-pahitnya (beh!) menjalani bulan Ramadan di negara-negara Eropa. Katanya sih memang ada cerita dan tantangannya tersendiri.

Pada hari pertama di bulan Syawal ini, saya akan coba sedikit sharing mengenai hal-hal berkesan apa saja yang saya alami selama menjalani puasa 29 hari di salah satu kota di UK ini. Semoga bermanfaat! :)


1. 18 JAM TIDAK MAKAN DAN MINUM

Karena bulan Ramadan kali ini jatuh pada musim panas, otomatis durasi berpuasa di sini jauh lebih panjang jika dibandingkan di Indonesia. 18 JAM! Tidak tanggung-tanggung. Selama ini di Jakarta, saya hanya biasa berpuasa dari sekitar jam 4 subuh sampai kira-kira jam 6 waktu maghrib. Namun kali ini di Bristol, waktu puasanya jauh bertambah. Sekitar jam 3 dini hari sudah masuk waktu subuh dan maghrib kurang lebih jatuh pada jam setengah 10 malam. OMG!

Jadwal Shalat selama Ramadan di Bristol

Pada hari-hari pertama, saya merasa seperti kembali menjadi bocah anak SD kelas 1 yang baru belajar berpuasa dan setengah hari sudah minta minum pada orangtuanya. Seperti yang kita tahu, kebanyakan orang masih sanggup bertahan tanpa makan 1 hari, namun untuk urusan minum? Susah euy. Apalagi di sini tidak ada es cendol, es kelapa, dan sirup marj*n yang dapat mengobati raungan dahaga selama berpuasa di siang hari ketika waktu berbuka tiba. Untungnya pada minggu-minggu pertama Ramadan, cuaca di sini masih sedikit bersahabat sehingga saya masih bisa bertahan puasa sampai waktu maghrib yang ditentukan. Ya iyalah~

Tantangan yang cukup berat sebenarnya adalah pada 10 hari terakhir. Selain waktu maghrib yang makin mundur, saya merasa cuaca Jakarta diimpor sementara ke dalam Inggris. Keluarga saya di Indonesia pun sampai kaget ketika saya bilang 3-4 hari terakhir cuacanya bisa mencapai 32-33°C! Tentu saja perasaan rindu akan minuman-minuman segar yang dijajakan di pinggir jalan di sekitar rumah semakin memuncak. Namun karena ini bulan yang penuh keberkahan dan banyak keutamaan, saya harus bisa menahan diri dan berusaha tegar.

Dan satu lagi yang perlu diingat, bahwa di atas langit masih ada langit. Seperti di Finlandia, waktu puasa pada musim panas begini bisa mencapai 21 jam!

2. WAKTU TIDUR YANG BERANTAKAN

Kalau kata orang zaman dulu, janganlah kita tidur setelah subuh dan ashar. Tidak baik katanya. Baik dari segi jasmani maupun rohani kejiwaan kita. Ya, memang begitu teorinya. Terkadang kita sering pusing jika bangun setelah tidur pada waktu-waktu tersebut. Dan kadang ditambah perasaan bersalah karena tidur di waktu yang tidak tepat. Tetapi pada situasi Ramadan kali ini, rasanya agak mustahil untuk menjalankan petuah berfaedah tersebut.

Bayangkan saja, jeda waktu antara isya dan subuh hanya sekitar 4 jam! Apalagi dengan ikut tarawih berjamaah di masjid dekat rumah yang selesainya sekitar jam setengah 1 dini hari. Dan khusus untuk 10 hari terakhir, waktu selesainya kurang lebih bertambah satu jam. Jarang sekali kami mau mengambil resiko untuk tidur karena takut tidak bangun saat sahur dan kebablasan subuh. Mau tidak mau, saya sekeluarga biasanya baru bisa tidur dengan nyenyak setelah sholat subuh, yakni sekitar jam 4 pagi. Tapi ya tentu berbeda rasanya dengan tidur berkualitas di malam hari. Selama apapun kita tidur di pagi hari, kondisi tubuh saat bangun terasa lemas dan tak fit.

Dan rutinitas ini lah yang menjadi kebiasaan baru kami di bulan puasa ini. Tidur sehabis subuh!

3. TARAWIH PERDANA DI BRISTOL

Berhubung aktivitas kuliah sudah sedikit mereda, saya bisa menjalankan ibadah tarawih dengan lebih optimal jika dibandingkan saat bekerja di Jakarta dulu. Kalau dulu, terkadang pulang dari kantor, sholat tarawih di masjid dekat rumah sudah selesai. Kalau mau pulang agak cepat dan teng go, kemungkinan akan buka puasa di perjalanan karena terjebak macet berkepanjangan. Sedangkan di sini, karena pada waktu sore dan malam hari saya hampir pasti ada di rumah, saya bisa merutinkan ibadah tarawih secara berjamaah di masjid. Mau alasan apa lagi, cuman 5 menit jalan kaki jaraknya dari rumah!


Apa yang berbeda dengan tarawih di sini? Jumlah rakaatnya 8, ditambah witir 3 rakaat. Dilaksanakan dengan 2 kali salam dan diakhiri dengan 2 + 1 rakaat witir. Bacaan imamnya tergolong yang cukup panjang dan tak terlalu merdu. Saya membayangkan masjid ini pastilah bukan jadi masjid favorit kalau berada di Jakarta dan sekitarnya. Sekilas memang nampak sama, tapi ada satu hal yang sangat berkesan bagi saya.

Biasanya, setelah melewati rakaat demi rakaat tarawih yang begitu panjang, kita agak happy kalau sudah memasuki rangkaian rakaat shalat witir. Bagaimana tidak, imam disunahkan untuk membaca surat-surat pendek pada shalat ini. Begitu pun dengan saya pada hari pertama. Rakaat pertama dan kedua witir berlalu tanpa hambatan berarti.

"Ah, sebentar lagi selesai nih." dalam pikiran saya pada rakat terakhir.

Namun ternyata.....

DOA QUNUT PADA SAAT I'TIDAL LAMANYAAAAAAAA MASYA ALLAH!

Tahukah kalian, doa qunut di sini bisa mencapai sekitar 10 sampai 15 menit. Yap, hanya doanya saja! Dan beruntungnya lagi, pada sepuluh hari terakhir durasi qunutnya bisa sampai 30 MENIT, terutama di malam-malam ganjil. Inilah yang mengabitkan selesai shalatnya bisa sampai jam setengah 2 dini hari (selain diperpanjangnya ruku' dan sujud selama tarawih). Semacam lebih pegal dibandingkan dengan latihan paskibra jaman SMA dulu. Bagi saya yang biasa tarawih di masjid dekat rumah atau kantor, ini merupakan hal yang sangat baru! Namun mulai pada hari kedua dan seterusnya, saya sudah menyiapkan stamina dan mental untuk berdiri dengan kuat pada rakaat terakhir shalat witir.

4. COBAAN MUSIM PANAS

Seperti yang saya singgung sebelumnya, Ramadan kali ini jatuh pada permulaan musim panas di UK. Walau secara keseluruhan cuacanya masih bisa dibilang bersahabat (sejuk berangin), ada rentang waktu sekitar 4-5 hari dimana derajat termometer meningkat drastis! Bagi orang Jakarta, mungkin ini hal biasa. Namun bagi kami yang berpuasa 18 jam di sini, hal ini merupakan cobaan! Apalagi matahari di sini terasa lebih terik dan menyengat.

Walaupun begitu, bagi saya cobaan puasa pada musim panas yang sebenarnya bukan pada cuaca dan suhunya, tetapi pada pakaian-pakaian perempuan yang berseliweran di jalan. Karena sepertinya kepanasan, mereka seringkali memakai pakaian yang saaaangaaaaaaaaaat minim dan kekurangan bahan. Dan pemandangan ini selalu saya temukan jika keluar rumah di hari-hari yang cukup panas. Di situ kadang saya merasa bingung harus mengucap hamdalah, istighfar atau keduanya. Tak perlu lah saya deskripsikan dengan detil bagaimana model pakaian mereka karena dapat menggoda iman para pembaca sekalian yang laki-laki. Gadhul bashar, akhi! ;)

---

Alhamdulillaah. Tantangan puasa pertama kali di Inggris Raya yang penuh warna bagi kami telah terlalui. Meski saya merasa masih banyak kekurangan dalam menjalaninya, saya harus tetap bersyukur. Ada beberapa targetan pribadi yang tercapai, ada pula yang tidak. Ada hal-hal yang saya rasa lebih baik dibanding Ramadan sebelumnya, ada pula hal-hal yang malah menurun. Semoga hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, terutama bagi saya sendiri untuk terus memperbaiki diri.

Eid Mubarok!
Memasuki hari kemenangan di bulan Syawal ini, saya sekeluarga mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima amalan kami dan kamu sekalian. Mohon maaf lahir batin dan Eid mubarok!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar