Kamis, 24 Januari 2013

Semoga

"Anak-anak kita juga punya hak untuk memiliki ibu yang mampu mendidik mereka secara baik dan mengajarkan mereka kepada kebenaran."
Ah, entah dimana saya pernah mendengar kalimat serupa itu. Mungkin tidak persis betul redaksinya. Seingat saya sudah lama, hampir terlupa. Sumbernya saja sudah tak terbayang. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini muncul lagi di ingatan.

Boleh dikatakan saya setuju dengannya, namun tidak sepenuhnya. Rasanya akan lebih tepat apabila kita melihat keadaan diri sendiri terlebih dahulu. Buat apa menuntut jika tak ingin dituntut? Karena tentu hak anak-anak kita nantinya bukan hanya terhadap ibu mereka saja, namun juga kedua orangtuanya.

---

Untuk diri ini yang semakin tertatih dalam bersyukur, bersabar, dan ikhlas.
Semoga kita mampu memenuhi hak-hak mereka kelak, semoga.

Selasa, 15 Januari 2013

Situation Report Banjir Pandeglang

SITUATION REPORT
RESPON BENCANA BANJIR
KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN
DIVISI RELIEF DOMPET DHUAFA
12 – 13 JANUARI 2013


I. Informasi Kunci
  • Kabupaten Pandeglang yang berada pada 60 21’ – 70 10’ Lintang Selatan (LS) dan 1040 48’ – 1060 11’ Bujur Timur (BT) terlatak di Provinsi Banten dan berbatasan dengan Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di timur, serta Samudera Indonesia di barat dan selatan.
  •  Banjir terjadi mulai dari tanggal 29 Desember 2012 hingga 13 Januari 2013. Dalam rentang waktu tersebut, banjir sempat surut dua kali, namun ketinggian air meningkat lagi pada tanggal 9 Januari 2013.
  • Lokasi banjir yang terjadi di Kabupaten Pandeglang terdapat di tiga kecamatan, yaitu Patia, Pagelaran, dan Sukaresmi.
II. Gambaran Situasi

Kabupaten Pandeglang terletak di Provinsi Banten dan terdiri dari 36 kecamatan. Dari ke-36 kecamatan tersebut, terdapat tiga kecamatan yang terkena banjir, yaitu Patia, Pagelaran, dan Sukaresmi. Kecamatan Patia terdiri dari 10 desa dengan lokasi terparah, yaitu Desa Idaman, Surianeun, Cimoyan, dan Ciawi berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar. Kecamatan Pagelaran terdiri dari 12 desa dengan lokasi terparah, yaitu Desa Tegalpapak, Pagelaran, dan Sukadame. Kecamatan Sukaresmi terdiri dari 9 desa dengan lokasi terparah, yaitu Desa Sukaresmi, Cibungur, Cikuya, dan Perdana. Total kerugian di tiga kecamatan tersebut per tanggal 12 Januari 2013 mencapai 4.856 KK, 6.714 Ha sawah, dan 801 Ha ladang (Data Wilayah yang Terkena Bencana Alam Banjir KORAMIL Pagelaran).

Menurut informasi dari masyarakat sekitar, banjir di tiga kecamatan tersebut sudah menjadi hal yang rutin setiap tahunnya. Penyebabnya adalah lokasi kecamatan yang berdekatan dengan sungai Cilemer yang menjadi hilir dari sungai-sungai lain sebelum menuju ke laut. Selain itu, di beberapa titik, letak sungai lebih tinggi dibandingkan dengan pemukiman warga. Namun, ketinggian banjir kali ini jauh lebih meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini diperparah karena adanya bendungan yang berfungsi sebagai pencegah banjir belum selesai dibangun dan jebol.

Salah satu desa terparah adalah Desa Surianeun yang berada di kecamatan Patia. Desa Surianeun berada tepat di sisi sungai Cilemer dan letak pemukimannya lebih rendah dibandingkan sungai tersebut. Antara sungai dan pemukiman terdapat jalur masuk air yang menyebabkan banjir tidak kunjung surut hingga saat ini. Akibat banjir, akses menuju desa tersebut terputus dan hanya bisa dijangkau melalui jalur air dengan perahu. Hingga tanggal 12 Januari 2013, ketinggian air masih mencapai sekitar 40 - 50 cm. Sekitar 150 KK mengungsi ke daerah yang aman di dekat jembatan.

Lokasi terparah lainnya adalah Kampung Bojong Kondang, Desa Sukadame, Kecamatan Pagelaran. Di beberapa titik, ketinggian air dapat mencapai sekitar 120 cm - 180 cm. Jumlah pengungsi dari desa ini sebanyak 840 jiwa. Sebanyak 20 rumah dan 1 madrasah rusak akibat tekanan air saat banjir dan butuh perbaikan.

Dampak dari banjir di tiga kecamatan ini adalah rusaknya jalan, robohnya rumah-rumah yang terbuat dari bilik bambu/kayu, berbagai penyakit seperti penyakit kulit dan batuk, sulitnya akses air bersih, serta padamnya listrik selama bebrapa hari. Selain itu, padi dan gabah yang dimiliki warga terendam oleh banjir sehingga sebagian besar rusak. Begitu juga dengan lahan-lahan sawah yang banyak mati tanamannya. Hingga saat ini, tidak dikabarkan adanya korban jiwa maupun korban yang hilang.

III. Respon Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
  • BNPB telah tiba di lokasi sejak tanggal 29 Desember 2012. Bersama NGO lainnya, BNPB melakukan evakuasi korban ke posko pengungsian yang lebih aman. Tidak ada korban jiwa dalam kasus banjir ini.
  • BNPB membuka dapur umum yang menyediakan makanan untuk 1000 orang setiap harinya. Selain dapur umum yang dikelola langsung oleh BNPB, terdapat 5 dapur umum yang dikelola oleh masyarakat, karang taruna, dan PKK. Sumber bahan baku untuk dapur umum ini diberikan oleh BNPB.
  • Sempat adanya informasi korban jiwa karena hanyut. Namun setelah diklarifikasi, korban tersebut telah ditemukan dan dinyatakan selamat.
IV. Respon Dompet Dhuafa
Disaster Management Centre (DMC):
  • Evakuasi warga yang tinggal di titik-titik banjir pada tanggal 9 – 10 Januari ke lokasi pengungsian bersama FKPPI (Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI Polri).
  • Mendistribusikan makanan sebanyak 600 bungkus ke kecamatan Patia pada tanggal 10 Januari dini hari, saat ketinggian air masih cukup tinggi. Makanan yang didistribusikan berupa nasi bungkus yang dibeli dari wilayah sekitar banjir.
  • Mendirikan posko DMC di rumah salah seorang warga pemilik sebuah Yayasan Pendidikan Riyadhul Atfal. Posko tersebut digunakan sebagai tempat koordinasi para relawan yang bekerjasama dengan DMC.
  •  Mendirikan dapur umum di dua titik. Dapur umum pertama di Kampung Bojong Kondang, Desa Sukadame, dan dapur umum kedua di lahan Yayasan Pendidikan Riyadhul Atfhal, Desa Pagelaran. Kapasitas dapur umum pertama mencapai 3000 porsi untuk tiga kali makan dalam sehari. Sedangkan, kapasitas dapur umum kedua mencapai 1000 porsi untuk dua kali makan dalam sehari.
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC):
  • Mengadakan Aksi Layanan Sehat (ALS) berupa pendistribusian obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan. ALS dilaksanakan di dua desa, yaitu Desa Surianeun dan Idaman, Kecamatan Patia. Untuk ALS di Desa Idaman, tim LKC membeli tambahan obat-obatan agar jumlahnya mencukupi. Jumlah penerima manfaat yang terdata mencapai angka 200 orang.
IV. Kebutuhan yang Belum Terpenuhi
Meski sudah terdapat sejumlah bantuan yang datang, tampak masih ada kebutuhan-kebutuhan warga yang belum terpenuhi. Berikut adalah gambarannya:
  • Belum meratanya pendistribusian bantuan yang diberikan. Masih ada keluhan para warga yang belum menerima bantuan walaupun lokasi mereka masih cukup berdekatan dengan titik pendistribusian bantuan.
  • Dapur umum belum mampu memenuhi kebutuhan makanan semua waga yang terkena banjir. Jumlah makanan tidak sebanding dengan warga yang membutuhkan.
  • Jumlah obat-obatan yang dibawa oleh tim LKC masih kurang. Akibatnya, tidak semua desa dapat didatangi untuk ALS.
  • Sampai saat ini, belum ada bahan-bahan untuk perbaikan rumah-rumah warga dan fasilitas umum yang roboh. Pihak Koramil masih bergantung pada NGO untuk menyediakan bahan-bahan bangunan tersebut.
  •  Masih kurangnya persediaan air bersih yang dapat diakses oleh warga. 
  • Belum ada bantuan berupa buku-buku maupun peralatan penunjang pendidikan.
V. Informasi Kontak
Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa
Yamin              +6282111501950

---

Disusun oleh:
Muharram Atha Rasyadi   | @atharasyadi |
Dwi Tanty Kurnianingtyas