Selasa, 22 Juni 2010

I've Got A Feeling

Salah satu lagu favorit gua yang dibawakan oleh BECK. Walau sederhana, entah kenapa gua tetep suka sama nih lagu. Mantep deh pokoknya.

Oh iya, kalau untuk lagu aslinya sendiri, sebenernya dibawain sama Beatles pas jaman mereka udah cukup tua-tua gitu. Tapi kalau gua pribadi sih lebih suka sama versi yang ini.

Pokoknya, selamat menikmati deh!


Rabu, 16 Juni 2010

Perkawinan

Oke, gua nulis ini bukan karena gua udah kebelet kawin atau apa. Tapi hal ini yang menyebabkan gua mesti berada di rumah dan ngga bisa ke kampus walau sebenarnya ada beberapa keperluan. Bingung ya?

Jadi gini, gua disuruh sama emak gua buat memindai, bahasa kerennya scanning, artikel-artikel di majalah yang judulnya: "Perkawinan". Beuh, kalo dipikir-pikir sepele banget ya kerjaannya. Tapi taunya, ampun-ampunan bikin males deh. Jadi di tiap majalah itu, ada artikel tentang kesehatan. Nah, si artikel ini yang emak gua minta buat dipindai. Fyi, majalah ini terbit setiap bulan sekali dan udah nongol dari sekitar tahun 2000-an. Coba ditung aja sendiri kira-kira berapa artikel tuh yang harus gua scan.

Tapi berterimakasihlah pada teknologi! Hey, thanks techno! Dengan scanner yang super duper udah canggih ini (apa gua yang gaptek ya?) artikel yang di-scan bisa langsung dijadiin ke format .rtf. Ngga perlu lagi dari .jpeg diubah ke format yang bisa dibuka pake word. Lagian gua juga lupa nama software yang bisa nge-convert dari .jpeg ke .rtf. Omnipage, apa apa gitu namanya? Pokoknya lumayan banget deh, jadinya satu beban terkurangi! Alhamdulillah.

Terus kenapa ini lama? Jawabannya karena gua juga perlu ngecek kan apakah tuh hasil pindaian udah bener-bener oke apa belom. Jadi tiap satu artikel, dicek dulu, satu artikel, cek lagi. Begitu. Walau cape, gua tetap mau ngelakuin ini karena katanya dapet honor! Haha, lumayan. Itung-itung buat ngasih makan anak-istri. (lho?)

Selain itu, gua juga baca-baca dulu dikit artikel-artikel yang mau gua scan. Yah, itung-itung nambah pengetahuan. Kali aja entar bisa berguna buat ngobrol-ngobrol sama calon mertua.

Buat yang pengen tau kaya apa majalah yang membuat gua ngga bisa ke kampus selama beberapa hari terakhir ini, nih gua kasih liat contoh cover salah satu edisinya;



Oh iya, ngomong-ngomong soal perkawinan, gua selalu bingung dengan temen yang mengoreksi omongan gua dengan 'nikah' setiap kali gua ngomong 'kawin'. Padahal sama aja tauk, walau emang biasanya kawin dipake buat menyatakan hubungan seksual sih. Tapi coba pikir deh, sebenarnya orang-orang umum aja yang udah bikin pergeseran makna seenaknya.

Nih ya, beberapa alesan kuat gua kenapa sering make kata 'kawin' kalo ngomong selain karena lebih enak diucapinnya daripada 'nikah'.

1. Ngga ada tuh UU di Indonesia yang judulnya UU Pernikahan, tapi adanya UU Perkawinan.


2. Berdasarkan KBBI, kawin berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri. Pengertian ini yang pertama sebelum arti berikutnya seperti berhubungan kelamin, bersetubuh.

3. Kalau ngecek KTP, adanya status perkawinan (kawin, belum kawin). Bukan nikah.



Oke, sekian saja. Terserah masing-masing orang sih. Toh sebenarnya ini bukan hal yang perlu diperdebatkan bukan? Guanya aja yang emang suka cari-cari masalah. Maaf kalau ada kesalahan dan makin ngga nyambung ya.

Selasa, 15 Juni 2010

Kenangan Singkat

Ngga ada kerjaan di rumah, gua iseng buka-buka segala suatu yang kepikiran di internet. Oke, sebenernya gua ada kerjaan dari orangtua, tapi entah kenapa susah banget mulainya. (Jangan bilang siapa-siapa ya). Nah lagi asik-asiknya, tiba-tiba sampailah gua di situs jejaring sosial yang namanya friendster! Wuih, jadul bener itu yak. Tapi entah kenapa gua penasaran lagi ingin 'menjalajahinya'.

Semakin lama gua ngutak-ngatik tuh fs, semakin rindu rasanya gua sama masa-masa SMA. Duh, ingin benar rasanya berbuat lebih pada masa-masa yang indah itu. Rasanya, gua hampir ngga melakukan perubahan apa-apa selama tiga tahun di 81. Padahal ngakunya sih agent of change.(Kata siapa?)

Banyak perubahan yang gua rasakan semenjak gua jadi mahasiswa. Mau tahu lebih banyak? R-A-H-A-S-I-A. haha. Di satu sisi gua merasa lebih baik, tapi di beberapa sisi yang lain gua merasakan penurunan.

Begitu juga dengan beberapa teman. Banyak banget yang berubah. Hati orang memang siapa yang tahu ke depannya, Allah lah yang memegang kuasa atas diri kita semua. Kita hanya bisa berusaha dan terus berusaha. (Halo, apa kabar dengan diri gua sendiri?)

Yah, yasudahlah. Namanya juga hidup, toh perubahan itu niscaya bukan? Bukannya mau pasrah atau gimana, cuman ingin lebih memandang ke depan aja. Daripada kepikiran terus sama waktu yang tak bisa kembali lagi, mending pikirannya dipake buat ningkatin kualitas diri aja ke depannya, iya ngga? (Setelah berpikir, berbuat juga tentunya)




Oh iya, satu lagi. Gua mau posting gambar ini, keren menurut gua! Siapa ya yang ngedit? Hmm, penasaran. Fyi, ini logo rohis jaman gua SMA, namanya FORMASI. Sama kaya nama rohis di FIB UI yak? haha.

Inget FORMASI, inget ayat ini;

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali-Imran: 104)

Udahan dulu deh postingan ngga jelas ini. Semoga kita semua bisa menyongsong hari-hari berikutnya dengan gembira dan lebih baik ya! Cheers. :)

Re-post Blog: Other Perspecitve

Suatu hari dalam sebuah rapat, saat itu saya masih menjadi mahasiswa tingkat pertama.

Saya: “Kalau bentuk evaluasi dari mahasiswa terhadap kinerja presiden berbentuk sebuah aksi, bukankah akan terkesan bahwa presiden dan wakil presiden terpilih PASTI gagal dalam menjalankan pemerintahan dengan baik yah dalam seratus hari ke depan?”

Seorang senior: “Memang pasti gagal. Melihat kenyataannya sebelum-sebelumnya yah memang seperti itu.”

Saya: Siiiiiiiiiiiiiiiiiinggggggggggggg…

Mahasiswa pesimis terhadap pemerintah. Pemerintah tidak peduli lagi terhadap apa yang disuarakan mahasiswa. Memangnya pergerakan mahasiswa harus bersifat oposisi dan tidak percaya kepada pemerintahan ya? Kalau begitu, wajarlah kenapa juga banyak teman-teman mahasiswa lain yang pesimis terhadap pergerakan mahasiswa saat ini.

Senin, 14 Juni 2010

Minta Ditimpuk

Di perjalanan menuju masjid,

Seorang anak berlari-lari dengan asiknya sambil membawa mainannya. Saya lupa persis seperti apa bentuk mainannya.

Di sisi lain, tak jauh dari sana, tampak seorang wanita dan pria, yang mungkin salah satu dari mereka adalah orangtua anak tersebut.

Dari arah tersebut terdengar percakapan,

"Si anak ini ya, bukannya ambil sarung terus shalat ke masjid, malah main-main di sini!"




Pikir gua, "What? Elu berdua sendiri? Lagi pada dapet ya?" *Minta ditimpuk banget nih*

Memaknai Hasil

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah (nikmat itu) bagi kalian, dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya siksa Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Bersyukur. Yap, hal itu keliatannya menjadi trending topic teman-teman saya dalam beberapa hari terakhir ini. Mengapa? Wah, kalau ditanya begitu bisa panjang jawabannya. Tapi simpelnya, ini terkait dengan nilai akhir semester yang baru saja keluar dan membuat tidak sedikit teman kecewa. Banyak sekali yang mengeluhkan nilainya, tapi tidak sedikit juga yang malah mensyukurinya. Wow! Mengapa bisa begitu ya?

Yah, saya dan teman-teman akui memang, rasanya semester yang baru saja kami lalui ini (semester 4) penuh dengan segala tantangan. Mulai dari tugas yang begitu padat dan menumpuk, hingga soal ujian yang begitu ghaibnya. Semua itu membuat inkongruensi antara ekspetasi hasil dengan kenyataan yang terjadi. Bahkan dalam beberapa kasus teman, gap tersebut cukup besar adanya.

Apa yang mau saya bahas kali ini sebenarnya mengenai sikap seperti apa yang idealnya kita tampilkan saat menerima hasil yang mengecewakan.

---

Kalau dari perspektif pribadi saya, ya syukuri saja apa yang sudah didapat sekarang. Toh masa kita berusaha untuk meraih hal itu sudah terlampau jauh dan tidak dapat kembali. Mau menyesal pun, tidak ada gunanya saya rasa. Hanya menambah kekesalan dan bikin pusing kepala bukan? Wajar memang bila seseorang kecewa dengan suatu hasil yang buruk. Tapi janganlah berlarut-larut terus dalam kekecewaan karena hal tersebut lebih banyak ruginya.

Catatan penting yang perlu menjadi sorotan adalah evaluasi. Evaluasi menjadi bagian utama dalam menyikapi suatu hasil yang kita peroleh. Apakah proses yang kita lalui sebelum keluarnya hasil tersebut sudah baik, atau malah sangat kurang? Bisa jadi, sebenarnya usaha yang telah kita lakukan selama ini hanya cukup untuk hasil yang kita dapatkan sekarang? Bisa jadi, ternyata kita perlu berusaha lebih keras lagi untuk mencapai ekspetasi-ekspetasi kita. Ya, terkadang kita tidak mau berpikir ke sana. Layakkah kita mendapatkan yang lebih bagus ketika (mungkin) usaha kita masih kurang?

Tetapi memang tidak selamanya hasil yang kurang baik merupakan buah dari proses yang kurang baik pula. Bisa jadi saat ujian kita sedang sakit sehingga tidak terlalu fit dalam mengerjakannya. Atau bisa jadi kita tertimpa musibah sehingga tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan semua tugas kuliah yang diberikan dosen. Yang bisa saya katakan, berikanlah yang terbaik saat kita masih mampu melakukannya! Biarlah kita berusaha semaksimal mungkin, dan Allah lah yang akan menentukan hasilnya.

Selain melakukan yang terbaik, jangan lupa untuk selalu berpikir positif tentang semua hasil yang telah kita raih. Saya selalu mencoba meyakini bahwa hasil yang saya dapatkan sekarang memang merupakan hasil terbaik dari usaha yang telah saya lakukan sebelumnya. Walau sulit, berpikir seperti ini akan membuat semuanya terlihat lebih menyenangkan, setidaknya itu yang berlaku buat saya.

Sebagai penutup, saya lampirkan sebuah hadits yang rasanya cukup sesuai dengan kondisi saya dan teman-teman saat ini.

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”(HR. Muslim)

Jadi, bersyukurlah dan tetap positif! :)

Wallahua'lam bishshawab.

Sabtu, 12 Juni 2010

Re-post note: Menyikapi Kekurangan

Tulisan yang sempat gua buat untuk mengisi buletin jumat FUSI (Forum Ukhuwah dan Studi Islam) Psikologi. Mungkin masih banyak yang perlu diperbaiki, tapi semoga tetap dapat menjadi suatu pembelajaran.

---

Kehidupan manusia dapat diibaratkan sebagai perjalanan panjang yang sejatinya tidak pernah mulus begitu saja. Tanjakan, turunan, persimpangan, bahkan jalan yang terjal dan berliku pun tidak jarang kita lalui untuk mencapai tujuan kita. Dalam kondisi nyata, setiap kesulitan-kesulitan yang menjadi penghalang tersebut merupakan kekurangan-kekurangan yang kita miliki maupun masalah-masalah yang selalu datang menimpa kita. Ya, untuk mencapai suatu tujuan, baik itu kecil ataupun besar, kita akan selalu menghadapi tantangan dalam mencapainya.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?”
(Q.S. Al-Ankabuut: 2)


Pertanyaan yang muncul kemudian, salahkah seseorang jika dia mempunyai masalah dan kekurangan? Tidak, tidak sama sekali. Sudah sewajarnya manusia yang hidup di muka bumi ini memiliki suatu kekurangan dan mendapatkan suatu hambatan atau masalah. Bahkan, kita tidak bisa jamin, manusia yang sudah wafat pun sudah terbebas dari masalah-masalahnya. Namun, ini bukan persoalan memiliki atau tidak, melainkan bagaimana menyikapinya. Jangan sampai kita menyalahkan Allah karena dia telah menimpakan segala keburukan itu kepada kita.


-------


Cobalah kita tengok sedikit sebuah cerita inspiratif di bawah ini sebagai ilustrasi,
Tersebutlah sebuah cerita tentang seorang raja yang memiliki seorang patih bijak. Patih bijak ini selalu mengikuti sang raja kemanapun sang raja pergi, dan kata-kata kesukaannya adalah, “semua hal terjadi karena ada maksud baiknya.” Suatu hari sebelum pergi berburu, sang raja mengasah tombaknya dan, tanpa sengaja, ia melukai ibu jari tangannya sendiri. Sang raja sambil mengerang kesakitan bertanya kepada patih tentang kejadian tersebut. Sang patih kemudian menjawab, “semua hal terjadi karena ada maksud baiknya.” Kali ini, sang raja benar-benar emosi dan marah kepada sang patih, hingga akhirnya ia menghukum sang patih dengan memasukkan ke dalam penjara. Raja kemudian bertanya dengan sinis kepada sang patih, “sekarang apa yang kau pikirkan Patih?” Sang patih kembali menjawab, “semua hal terjadi karena ada maksud baiknya.” Akhirnya, patih tersebut benar-benar dimasukkan ke dalam penjara.

Sang raja kemudian pergi berburu ke hutan, kali ini tanpa didampingi oleh sang patih. Namun karena tanpa bantuan sang patih, raja agak kesulitan mendapatkan buruannya sendirian. Tanpa disadarinya, sang raja terus mencari buruan hingga memasuki wilayah di luar kekuasaan sang raja. Sialnya, wilayah itu dikuasai oleh suku kanibal yang gemar menyantap daging manusia.

Ketika sedang sibuk mencari buruan, sang raja ditangkap oleh suku kanibal penghuni hutan. Akhirnya raja dihadapkan pada suatu pesta makan malam yang dipimpin langsung oleh kepala suku. Sebelum dipanggang dan dimakan, kepala suku berkenan memeriksa terlebih dahulu kondisi calon santapannya, dan ternyata ia membebaskan raja tersebut dari pesta makan malam dan tidak jadi dipanggang. Kenapa? Karena peraturan suku tersebut melarang memakan manusia yang memiliki cacat di tubuhnya, maka bebaslah sang raja.

Sang raja kemudian teringat apa yang dikatakan oleh sang patih, “semua hal terjadi karena ada maksud baiknya.” Ia merenung bahwa apa yang dikatakan oleh patihnya tersebut memang benar. Kemudian dia bergegas menemui patihnya yang sedang mendekam di penjara.

Sang raja berterima kasih pada sang patih dan berjanji akan segera membebaskannya. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar bagi sang raja, “mengapa engkau berkata yang sama ketika aku jebloskan kau ke dalam penjara?” Dengan tersenyum, sang patih berkata, “pada saat itu saya belum tahu, tetapi sekarang saya telah mendapat jawabannya. JIka hari itu saya ikut dengan paduka raja berburu, pastilah saya yang akan menjadi santapan suku kanibal tersebut.


--------


Sama seperti cerita tersebut, alangkah baiknya ketika kita dapat menyikapi suatu kekurangan dan masalah yang menimpa diri kita dengan berpikir positif terhadapnya. Dan ternyata hal tersebut pun telah diajarkan oleh Islam. Allah berfirman dalam salah satu ayat dalam Qur’an:

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan, boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 216)


Ayat tersebut memerintahkan kaum muslimin pada saat itu untuk wajib turun ke medan perang, walau banyak dari mereka yang tidak menyukai pertempuran. Siapa yang suka tergores badannya, terpotong tangannya, atau bahkan terpenggal kepalanya? Saat itu peperangan dirasakan sebagai masalah atau kondisi yang tidak membuat kaum muslimin nyaman. Namun di balik itu semua, ternyata peperangan mengandung maksud yang jauh lebih baik. Memuliakan nama Islam atau meninggal dalam syahid, dua pilihan yang sungguh bernilai tinggi. Di balik semua hal pahit yang terjadi dalam peperangan, Allah mengganti itu semua dengan kebaikan-kebaikan yang nilainya sangat besar.

Walau ayat tersebut bicara dalam konteks peperangan, hal tersebut juga berlaku pada semua kejadian yang terjadi pada hidup kita. Terkadang kita tidak menyadari bahwa setiap hal buruk dan masalah yang kita alami mengandung maksud baik di dalamnya. Janganlah mencari-cari siapa yang perlu disalahkan, tapi coba lihat hikmah apa yang dapat kita petik dari setiap masalah yang kita hadapi. Kita perlu membuka mata lebih lebar dan melapangkan hati sehingga dapat melihat semuanya secara positif. Sikap ini merupakan sikap yang paling tepat dalam menyikapi masalah-masalah yang datang silih berganti.





Ketika kita mencoba menyikapi sebuah masalah dan kekurangan dengan sudut pandang yang lebih positif, hati kita tentu akan menjadi lebih tenang. Dan yakinlah, bahwa setiap kejadian yang terjadi pada diri kita, pasti ada maksud baik yang ingin Allah ajarkan melaluinya.

Wallahua’lam bishshawab


Sumber: Fight Like A Tiger Win Like A Champion

Telecaster!!





Sebenernya gua cuman pengen iseng mengunggah gambar ke internet. Tapi karena lagi bingung mau gua taro mana, ya sudahlah lewat blog ini lagi aja gua cobain. Sekalian ngetes.

Fyi, ini jenis gitar fender telecaster. Menurut gua ini keren karena dipake sama Koyuki dari BECK (anime/manga). Ngga jauh-jauh dari kartun dah emang yang gua suka. Haha. :)

Haah, inginnya aktif di blog lagi. Sepertinya menyenangkan. Semoga bisa, mumpung lagi liburan. Menganggur ini kan gua, daripada ngga ada kerjaan. Yosh!