وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah (nikmat itu) bagi kalian, dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya siksa Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Bersyukur. Yap, hal itu keliatannya menjadi trending topic teman-teman saya dalam beberapa hari terakhir ini. Mengapa? Wah, kalau ditanya begitu bisa panjang jawabannya. Tapi simpelnya, ini terkait dengan nilai akhir semester yang baru saja keluar dan membuat tidak sedikit teman kecewa. Banyak sekali yang mengeluhkan nilainya, tapi tidak sedikit juga yang malah mensyukurinya. Wow! Mengapa bisa begitu ya?
Yah, saya dan teman-teman akui memang, rasanya semester yang baru saja kami lalui ini (semester 4) penuh dengan segala tantangan. Mulai dari tugas yang begitu padat dan menumpuk, hingga soal ujian yang begitu ghaibnya. Semua itu membuat inkongruensi antara ekspetasi hasil dengan kenyataan yang terjadi. Bahkan dalam beberapa kasus teman, gap tersebut cukup besar adanya.
Apa yang mau saya bahas kali ini sebenarnya mengenai sikap seperti apa yang idealnya kita tampilkan saat menerima hasil yang mengecewakan.
---
Kalau dari perspektif pribadi saya, ya syukuri saja apa yang sudah didapat sekarang. Toh masa kita berusaha untuk meraih hal itu sudah terlampau jauh dan tidak dapat kembali. Mau menyesal pun, tidak ada gunanya saya rasa. Hanya menambah kekesalan dan bikin pusing kepala bukan? Wajar memang bila seseorang kecewa dengan suatu hasil yang buruk. Tapi janganlah berlarut-larut terus dalam kekecewaan karena hal tersebut lebih banyak ruginya.
Catatan penting yang perlu menjadi sorotan adalah evaluasi. Evaluasi menjadi bagian utama dalam menyikapi suatu hasil yang kita peroleh. Apakah proses yang kita lalui sebelum keluarnya hasil tersebut sudah baik, atau malah sangat kurang? Bisa jadi, sebenarnya usaha yang telah kita lakukan selama ini hanya cukup untuk hasil yang kita dapatkan sekarang? Bisa jadi, ternyata kita perlu berusaha lebih keras lagi untuk mencapai ekspetasi-ekspetasi kita. Ya, terkadang kita tidak mau berpikir ke sana. Layakkah kita mendapatkan yang lebih bagus ketika (mungkin) usaha kita masih kurang?
Tetapi memang tidak selamanya hasil yang kurang baik merupakan buah dari proses yang kurang baik pula. Bisa jadi saat ujian kita sedang sakit sehingga tidak terlalu fit dalam mengerjakannya. Atau bisa jadi kita tertimpa musibah sehingga tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan semua tugas kuliah yang diberikan dosen. Yang bisa saya katakan, berikanlah yang terbaik saat kita masih mampu melakukannya! Biarlah kita berusaha semaksimal mungkin, dan Allah lah yang akan menentukan hasilnya.
Selain melakukan yang terbaik, jangan lupa untuk selalu berpikir positif tentang semua hasil yang telah kita raih. Saya selalu mencoba meyakini bahwa hasil yang saya dapatkan sekarang memang merupakan hasil terbaik dari usaha yang telah saya lakukan sebelumnya. Walau sulit, berpikir seperti ini akan membuat semuanya terlihat lebih menyenangkan, setidaknya itu yang berlaku buat saya.
Sebagai penutup, saya lampirkan sebuah hadits yang rasanya cukup sesuai dengan kondisi saya dan teman-teman saat ini.
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”(HR. Muslim)
Jadi, bersyukurlah dan tetap positif! :)
Wallahua'lam bishshawab.